Selama ini,
kita percaya bahwa cinta adalah hal terkuat di dunia.
Apapun bisa
dikalahkannya.
Omong kosong.
Cinta adalah
penipuan terbesar yang diciptakan oleh umat manusia.
Mungkin, kita
sudah terlalu sering dibuai oleh dongeng indah tentang sepasang anak manusia
yang berbeda satu sama lain, tetapi dapat bersatu mengatasi semua rintangan di
akhir cerita. Apa sih, yang sekarang tidak bisa disatukan oleh cinta?
Kaya-miskin. Tua-muda. Normal-cacat. Manusia-binatang. Manusia-alien. Semua
bisa bersatu karena cinta.
Bahkan,
imajinasi manusia pun semakin kreatif. Sekarang, rintangan bagi dua sejoli agar
dapat bersatu dalam cinta bukan karena ibu tiri yang jahat, tapi kehidupan itu
sendiri pun dianggap sebagai salah satu penghambat. Jadi jika ingin cinta yang
abadi musnahkan saja kehidupan itu. Bunuh diri saja dan cinta akan hidup abadi
meskipun tidak berada di dalam raga manusia. Manusia boleh mati, tetapi cinta
hidup selamanya. Itu kan yang disampaikan lewat omong kosong klasik seperti Romeo and Juliet?
Ha ha, andai saja
semudah itu.
Sampai kapan
pun, eksistensi ‘cinta sejati’ akan selalu mengundang pertanyaan. Dalam mencari
tahu asal usulnya, kita takkan memperoleh suatu kesimpulan yang memuaskan. Sama
saja dengan mencari pantat ular.
Kemungkinan
pertama: seseorang akan mejawab, “Well, ‘cinta sejati’ memang ada.” Namun,
--dalam penjelasannya pun tetap ada namun-nya--, ‘cinta’ itu berada disuatu
tempat yang sangat jauh dialam yang sama sekali tidak bisa ditangkap oleh akal
pikiran. Ia hanyya bisa dipahami oleh bagian ter-‘suci’ dari jiwa dan raga
manusia, yaitu hati. Jadi, hanya orang-orang yang punya hati-lah yang bisa
merasakan ‘cinta.’
Oke, wow bravo! Penjelasan yang bagus. Jadi
sekarang, pelaku utama adalah hati, heh?
Kemungkinan
kedua: ‘cinta sejati itu tidak ada’. Tetapi, justru di sinilah susahnya. Otak
manusia selalu memimpikan sesuatu yang tidak nyata sehingga menciptakan
bayangan sendiri, seolah-olah bayangan itulah yang nyata. Hanya orang bodoh
yang menganggap hantu adalah sesutau yang nyata, kan? Tetapi, karena saking
seringnya orang-orang membicarakannya, lama-kelamaan hantu pun seolah
“benar-benar” nyata dan banyak orang mengaku telah melihatnya meskipun yang
mereka lihat hanyalah bayangan dari dahan pohon yang melambai dalam gelap. Dalam hal ini, seperti itulah nasib teman
kita, si ‘cinta sejati’. Ia tak lebih dari sekadar bayangan yang dianggap nyata
olehjutaan orang sehingga akhirnya menjadi dongeng di dalam buku dan televisi.
Dari Cinderella hingga Romeo dan Juliet, kisah picisan seperti ini selalu diceritakan
turun temurun sehingga akhirnya, dari waktu ke waktu, manusia beranggapan bahwa
‘cinta sejati’ itu memang ada.
Sekarang,
saatnya untuk memilih mana yang mau kita percaya. Jika seseorang bertanya
padaku, aku memilih kemungkinan kedua.
Ya, aku
meyakini bahwa ‘cinta’ hanyalah sesuatu yang semu. Hanya saja, kadang-kadang,
kita terhanyut, dan terpesona di dalam tipuan bayangannya.
Percayalah,
jika dihadapkan dengan kenyataan, kekuatan yang semua orang selalu bangga
banggakan dari ‘cinta sejati’ itu, tak akan kunjung muncul.
0 komentar:
Posting Komentar